Selasa, 26 April 2011

DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA

Dalam distribusi pendapatan baik antarkelompok berpendapatan, antardaerah perkotaan dan daerah pedesaan, atau antarkawasan dan propinsi dan kemiskinan merupakan dua masalah yang masih mewarnai perekonomian Indonesia Pada awal pemerintahan orde baru, perencanaan pembangunan ekonomi di Indonesia masih sangat percaya bahwa apa yang dimaksud dengan trickle down effect akan terjadi. Oleh karena itu, strategi pembangunan diterapkan oleh pemerintah pada awal periode orde baru hingga akhir tahun 1970-an terpusatkan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pusat pembangunan dimulai di Pulau Jawa, khususnya Propinsi Jawa Barat, karena fasilitas seperti infrastruktur lebih tersedia dibandingkan dipropinsi lainnya di Indonesia dan di beberapa propinsi hanya dibeberapa sector saja yang bisa dengan cepat memberi pertumbuhan misalnya sector primer dan industri berat. Setelah sepuluh tahun pelita I dimulai, mulai kelihatan bahwa efek yang dimaksud itu mungkin tidak dapat dikatakan sama sekali tidak ada, tetapi proses mengalir kebawahnya sangat lamban. Sebagai akibatnya, Indonesia menikmati laju pertumbuhan yang relatif tinggi, tetapi pada waktu yang bersamaan tingkat kesenjangan semakin membesar dan jumlah orang miskin semakin banyak. Tepatnya setelah pelita III, strategi pembangunan mulai diubah. Tidak hanya pertumbuhan tetapi juga kesejahteraan masyarakat, tidak hanya dijawa, tetapi juga diluar jawa, menjadi kesejahteraan masyarakat, misalnya dengan mengembangkan industri yang padat karya dan sector pertanian . hingga saat ini sudah banyak program pemerintah yang berorientasi mengurangi kemiskinan, seperti inpres pedesaan, transmigrasi, dan masih banyak lagi. Masalah kesenjangan ekonomi (pendapatan) dan kemiskinan di Indonesia akan dibahas. Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan dan kemiskinan tetap ada ditanah air walaupun pembangunan ekonomi berjalan terus dan Indonesia memiliki laju pertumbuhan yang relatif tinggi.
Di negara Indonesia ini secara grafis dan klimatogis merupakan negara yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat tinggi. Dengan garis ppantai yang terluas di dunia, iklim yang memungkinkan untuk pendayagunaan lahan sepanjaang tahun, hutan dan kandungan bumi Indonesia yang sangat kaya, merupakan bahan yang utama untuk membuat negara kita menjadi kaya. Suatu perencanaan yang bagus yang mampu memanfaatkan semua bahan baku tersebut secara optimal, akan mampu mengantarkan negara Indonesia menjadi negara yang makmur akan hasil pertaniannya dan hasil rempah-rempahnya. Ini terlihat dari hasil Pelita III sampai dengan Pelita V yang dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% - 8% membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan penduduk yang tinggi. Dan Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapat julukan “Macan Asia”.
Namun ternyata semua pertumbuhan ekonomi dan pendapatan tersebut ternyata tidak memberikan dampak yang cukup berati pada usaha pengentasan kemiskinan. Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan alamnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin. Pada puncak krisis ekonomi tahun 1998-1999 penduduk miskin Indonesia mencapai sekitar 24% dari jumlah penduduk atau hampir 40 juta orang. Tahun 2002 angka tersebut sudah turun menjadi 18% dan pada menjadi 14% pada tahun 2004. Situasi terbaik terjadi antara tahun 1987-1996 ketika angka rata-rata kemiskinan berada dibawah 20%, dan yang paling baik adalah pada tahun 1996 ketika angka kemiskinan hanya mencapai 11,3%.
Di Indonesia pada awal orde baru para pembuat kebijakkan perencanaan pembangunan di Jakarta masih sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi yang pada awalnya terpusatkan hanya di Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya, dan hanya disektor-sektor tertentu saja pada akhirnya akan menghasilkan “Trickle Down Effect” . Didasarkan pada pemikiran tersebut, pada awal orde baru hingga akhir tahun 1970-an, strategi pembangunan ekonomi yang dianut oleh pemerintahan orde baru lebih berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa memperhatikan pemerataan pembangunan ekonomi.
Krisis yang terjadi secara mendadak dan diluar perkiraan pada akhir dekade 1990-an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. Bagi kebanyakan orang, dampak dari krisis yang terparah dan langsung dirasakan, diakibatkan oleh inflasi. Antara tahun 1997 dan 1998 inflasi meningkat sebesar 6% menjadi 68%, sementara upah rill turun menjadi hanya sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya. Akibatnya, kemiskinan meningkat tajam. Antara tahun 1996 dan 1999 proporsi orang yang hidup dibawah garis kemiskinan bertambah dari 18% menjadi 24% dari jumlah penduduk. Pada sat yang sama, kondisi kemiskinan menjadi semakin parah, karena pendapatan kaum miskin secara keseluruhan menurun jauh dibawah garis kemiskinan. 

Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Absolut

Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Absolut Memperlihatkan kadar parahnya masalah ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di negara-negara Dunia Ketiga.Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Absolut Memperlihatkan kadar parahnya masalah ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di negara-negara Dunia Ketiga.

 

 

 

 





Kesimpulan
Tingkat kesenjangan ekonomi dan jumlah penduduk miskin di Indonesia berkurang dan dapat dikatakan bahwa perubahan ini merupakan salah satu hasil pembangunan ekonomi ditanah air selama ini. Namun masih banyak permasalahan dengan kemiskinan dan kesenjangan.
Hingga saat ini, penentu garis kemiskinan masih berdasarkan kebutuhan fisik dan pendidikan tinggi. Tanpa adanya pendidikan yang baik tidak akan bisa terjadi progres di dalam kehidupan.
Sumber

 Sumber:

http://www.denyrendra.net/search/distribusi-pendapatan-dan-kemiskinan

http://www.lintasberita.com/Nasional/Keuangan/distribusi-pendapatan-dan-kemiskinan

 

Melipatgandakan Rezeki

Bila ngomong persoalan rezeki pasti jadi satu perbincangan yang seru dan ga akan ada habisnya untuk diobrolin, apalagi jika yang dibahas mengenai bagimana meningkatkannya rezeki syukur-syukur bisa sampai berlipat ganda. Ini bisa dibuktikan dengan laris manisnya buku yang bertemakan rezeki, bahkan hingga menjadi mega bestseler dan di setiap toko buku jadi buku paling dicari konsumen. Begitulah manusia segala cara dilakukan untuk melipatgandakan rezeki ada yang haram lewat dukun misalnya, mendatangi tempat tempat keramat, namun yang menggunakan jalur halal juga banyak berusaha sekuat tenaga dengan mengumpulkan rezeki perlahan-lahan seperti kata pepatah "sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit" apa pun caranya yang jelas ini digunakan untuk melipatgandakan rezeki. lepas dari tujuan itu apakah untuk foya-foya, memenuhi kebutuhan hidup, atau untuk mempermudah dalam beramal.

Memang sih hari gini siapa yang ga pingin rezekinya berlipat ganda, pasti semua pingin termasuk saya juga (hehehe). namun keinginan hanya sekedar keinginan tanpa dibarengi dengan keyakinan dan kemudian usaha.(keyakinan dan usaha ini hanya dua hal yang umum, penjabarannya insyaallah bersambung di tulisan berikutnya) bisa dilihat kembali saya meletakkan keyakinan terlebih dulu baru kemudian usaha. tentunya ada alasannya kenapa saya tulis sebagi yang pertama, menurut saya keyakian itu percaya, percaya sama tuhan tentunya, pada sang pemberi rezeki. ya kunci melipatgandakan rezeki tentunya percaya dengan yang memberi rezeki. Dengan percaya maka kita otomatis melibatkan tuhan dalam tujuan meipatgandakan rezeki, padahal bila tuhan terlibat terkadang kita baru akan berusaha bahkan baru mau melangkah (belum berusaha) sudah diberikan rezeki yang kita butuhkan tersebut, begitulah cara kerja tuhan terkadang mengejutkan, karena apapun bisa dilakukannya termasuk memberi rezeki dengan jalan yang tidak disangka-sangka, dan diduga-duga manusia, tau tau ada dan malah yang menerima sendiri heran kok bisa dapat rezeki ini sedangkan difikir secara logika juga rasa-rasanya sulit. ajaib memang kerja tuhan, dia memiliki banyak cara untuk membahagiakan orang-orang yang mempercayainya.

Selain yakin kita juga harus berusaha, usaha baiknya kita anggap sebagi upaya untuk menjemput rezeki. Usaha  yang melibatkan tuhan tentunya(hehehe.. kembali lagi ke atas) saya kembalilakan lagi karena orang terkadang membatasi kemampuan tuhan, pasti pernah mendengar suara-suara, curahatan-curhatan yang bilang "bila tidak berusaha dengan keras maka tidak akan bisa meraih keinginan, bila ingin sesuatu tadak ada yang jatuh dari langit" menurutku dengan berkata demikian kita telah melupakan cara kerja tuhan yang ajaib. karena jika tuhan menghendaki tanpa kerja keras bila tuhan menghendaki bisa-bisa saja keinginan tersebut terwujud. Kerja keras harus di jalankan dan memang sudah benar, kekurangan yang sering di lakukan manusia hanya membatasi cara kerja tuhan(walupun tuhan tidak terpengaruh sekalipun kita membatasinya),  mari kita merubah persepsi negatif seperti yang saya contohkan tadi. mari kita berusaha menjemput rezeki, akan tetapi kita buka kesempatan kesempatan yang akan diberikan oleh tuhan.


Salam beruntung..

Y.P. Nugraha

Kamis, 21 April 2011

CIPTAKAN KEBERUNTUNGANMU

Kuliah Salah Jurusan

Saya sangat yakin bagi orang yang pernah kuliah sering mendengar baik dari sahabat, kawan, mengenai keluhan bahwa dia menyesal telah kuliah di jurusan yang ambil sekarang, ucapan ucapan seperti "pilihanku salah; seharusnya aku kuliah disana; ini bukan minatku" sering terdengar ditelinga, tak asing lagi malah. Kondisi salah jurusan seolah-olah akan membawa kehancuran pada masa depannya. Banyak juga yang kemudian menyadari bahwa ini bukan minatnya, sehingga segera diambil keputusan mengulang kembali ditahun berikutnya dengan jurusan yang sesuai karakternya. Bila mau hitung-hitungan waktu, pasti akan ada waktu yang terbuang, bukan berarti sia-sia pasti ada manfaat laint dari pengalaman yang dialami minimal keberanian untuk mengambil sebuah keputusan. karena keputusan kecil yang kita ambil sedikit banyak akan mempengaruhi kehidupan terutama menyangkut masa depan. Bagi saya orang seperti ini luar biasa, berani mengambil keputusan, dengan kata lain berani memperjuangkan masa depannya.  Saya sepakat masa depan yang diimpikan harus diperjuangkan meskipun risiko kehilangan waktu berharganya, saking berharganya sampai-sampai orang bilang waktu adalah uang.
Bisa dilihat juga dalam kondisi salah jurusan, tidak sedikit yang bertahan ketika telah menyadari bahwa yang dijalani bukan sesatu yang diminati, parahnya bagi mereka yang tidak berminat hal ini sering dianggap sebagi sesuatu yang membosankan, tak sedikit yang menyerah dan memutuskan untuk berhenti di tengah jalan, berhenti bertanding sebelum sampai garis finis. Kepercayaan yang orang tua berikan ketika awal masuk dilupakan dan dekalahkan egonya, dikalahkan ketidaknyamanannya. bermalas-malasan dengan dalih ini bukan minatku, dan mewajarkan hasil yang buruk lagi lagi karena itu bukan minatku. semoga jarang mahasiswa tipe seperti ini. 
saya salut dengan orang-orang yang menjalankan kuliah walapun jurusan yang tidak diminati dan justru bisa berprestasi, orang-orang seperti ini yang menurutku orang hebat bisa bertahan di tengah ketidaknyamanan.. Berprestasi sesuai minat juga bagus, akan tetap wajar karena memang minatnya. mari kita pandang persoalan satu ini secara positif, dengan melihat dari sudut pandang lain supaya kita(orang-orang yang menganggap dirinya slah jurusan) bisa berprestasi. Bagi ku esensi dari kuliah selain ilmu adalah sebuh tantangan, dimana ketika satu tantangan ini selesai maka satu tantangan terlewati, dengan melewati itu maka kita akan semakin terlatih untuk menghadapi tantangan-tantangan yang berikutnya. semakin tidak sesuai dengan yang diminati semakin berat tantanganya, dan seirimg dengan itu bila berhasil melewati maka semakin besar pula kemampuan individu beradaptasi dengan tantangan yang ada.

Salam Beruntung..
Y.P. Nugraha
 
http://menciptakankeberuntungan.blogspot.com/2011/04/kuliah-salah-jurusan.html#comment-form